PROPOSAL SKRIPSI
A.
Judul
Penelitian
KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF
KH. AHMAD DAHLAN
B.
Latar Belakang
Masalah
Islam sebagai
agama universal mengajarkan kepada umat manusia berbagai aspek kehidupan, baik
duniawi maupun ukhrowi. Salah satu di antara ajaran Islam
tersebut adalah mewajibkan kepada umat Islam untuk melaksanakan
pendidikan, karena menurut ajaran Islam pendidikan adalah merupakan kebutuhan hidup manusia yang mutlak
harus dipatuhi, demi mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Mahmud dan Tedi Priatna (2005:12)
menuliskan sebagai berikut: Islam mengisyaratkan adanya tiga dimensi yang harus
dikembangkan dalam kehidupan manusia, yaitu:
1.
Dimensi kehidupan duniawi
yang mendorong manusia sebagai hamba allah untuk mengembangkan dirinya dalam
ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai islam yang mendasari kehidupan.
2.
Dimensi kehidupan ukhrawi
yang mendorong manusia untuk mengembangkan dirinya dalam pola hubungan yang
serasi dan seimbang dengan tuhan. Dimensi inilah yang melahirkan berbagai usaha
agar seluruh aktivitas manusia senantiasa sesuai dengan nilai-nilai islam.
3.
Dimensi hubungan antara
kehidupan duniawi dan ukhrawi yang mendorong manusia untuk berusaha menjadikan
dirinya sebagai hamba allah yang utuh dan paripurna dalam bidang ilmu
pengetahuan dan keterampilan, serta menjadi pendukung dan pelaksana ajaran
Islam.
Pendidikan
menurut pandangan Islam adalah merupakan bagian dari tugas ke khalifahan manusia yang harus di laksanakan secara bertanggung jawab,
kemudian di pertanggungjawabkan.
Beberapa pendapat ahli
yang menuliskan definisi pendidikan islam dalam buku Mahmud dan Tedi Priayna
(2005:18) berikut dibawah ini:
Ahmad D. Marimba mengartikan pendidikan
islam sebagai bimbingan jasmani dan ruhani berdasarkan hukum-hukum
agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ketentuan-ketentuan
islam. Yang dimaksud dengan kepribadian utama adalah kepribadian muslim, yaitu
kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai Islam
Omar Mahmud al-toumy al-Syaibany
mengartikan pendidikan Islam sebagai perubahan yang diinginkan dan diusahakan
oleh proses pendidikan, baik pada tataran tingkah laku individu maupun pada
tataran kehidupan sosial serta pada tataran relasi dengan alam sekitar; atau
pengajaran sebagai aktivitas asasi, dan sebagai proporsi diantara
profesi-profesi dalam masyarakat. Pendidikan islam mempokuskan perubahan
tingkah laku manusia yang konotasinya pada pendidikan etika. Disamping itu,
pendidikan islam juga menekankan aspek produktifitas dan kreatifitas manusia
sehingga mereka bisa berperan serta berprofesi dalam kehidupan bermasyarakat.
Ahmad supardi berpendapat bahwa
pendidikan islam adalah pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau tuntunan
agama Islam dalam usaha membina dan membentuk pribadi muslim yang bertakwa kepada
allah swt.
Ahmad tapsir memaknai pendidikan islam
sebagai bimbingan yang diberikan seseorang secara maksimal sesuai dengan ajaran
islam.
Oleh karenanya,
Islam tentunya memberikan garis-garis besar tentang pelaksanaan pendidikan
tersebut. Islam memberikan konsep-konsep yang mendasar tentang pendidikan, dan
menjadi tanggung jawab manusia untuk menjabarkan dengan mengaplikasikan
konsep-konsep dasar tersebut dalam praktek pendidikan. Konsep-konsep pendidikan islam menurut Ahmad Muthohar (2001:301-305) adalah sebagai berikut :
Konsep teosentrisme, artinya menurut islam
manusia harus memusatkan diri pada tuhan, tetapi tujuannya adalah untuk kepentingan dirinya
sendiri. Lebih lanjut menurut ahmad mutohar konsep pendidikan islam haruslah
berpijak pada konsep khalifah baik sebagai titik awal, proses maupun produk.
Kemudian konsep abd sebagai maqshad al-a’dham, artinya segala perilaku yang
merupakan produk dari pendidikan itu haruslah bertujuan untuk mengabdi kepada
allah semata bukan kepada selain-nya.
Dengan
demikian, ajaran Islam sarat dengan nilai-nilai, bahkan konsep pendidikan. Akan
tetapi, semua itu masih bersifat subyektif dan transendental. Agar menjadi
sebuah konsep yang obyektif dan membumi perlu didekati dengan keilmuan, atau
sebaliknya perlu menggunakan paradigma Islam yang sarat dengan nilai-nilai
pendidikan.
Pemikiran
semacam ini kiranya saat ini memiliki momentum yang tepat, karena dunia
pendidikan sering menghadapi krisis konseptual di samping karena
begitu cepatnya terjadi perubahan sosial yang sulit, maka menjadi tanggung
jawab bagi setiap pakar pendidikan untuk membangun teori pendidikan Islam
sebagai paradigma.
Saat ini ada
kecenderungan pendidikan Islam kian mendapat tantangan seiring berkembangnya
zaman. Di satu sisi lain muncul persaingan global dunia pendidikan Islam.
Sedangkan di satu sisi menjanjikan masa depan pembentukan kualitas anak didik,
namun pada sisi lain juga memunculkan kekhawatiran kian merosotnya kualitas
pendidikan yang merusak nilai-nilai pendidikan Islam itu sendiri.
Pendidikan
Islam dewasa ini menghadapi banyak tantangan yang berusaha mengancam keberadaannya. Tantangan tersebut merupakan bagian dari sekian banyak tantangan global yang
memerangi kebudayaan Islam. Tantangan yang paling parah yang dihadapi
pendidikan Islam adalah krisismoral spiritual masyarakat, sehingga muncul
anggapan bahwa pendidikan Islam masih belum mampu merealisasikan tujuan
pendidikan secara holistik.
Ada banyak tokoh-tokoh
pendidikan Islam, baik klasik dan kontemporer yang penulis lihat dan
klasifikasi dari melihat masa ketika para tokoh tersebut hidup yang telah
menulis hasil pemikirannya tentang pendidikan, diantaranya yang klasik adalah
Ibnu Khaldun, Imam al Ghazali, dan Ibnu Maskawih, dan masih banyak lagi. Sedangkan para
tokoh yang kontemporer adalah Muhammad Abduh, Ki Hajar Dewantara, Hasan
Langgulung, dan Naquib alAttas, dan masih banyak lagi. Kehadiran mereka dapat
memfungsikan semua potensi dirinya dan tanggung jawabnya sebagai khalifah fil
Ardh yang membebaskan belenggu kehidupan
yang dapat mengancam keterasingan umat Islam.
Sistem
pendidikan sering dipahami sebagai suatu pola menyeluruh dari proses pendidikan
dalam lembaga-lembaga formal, agen-agen, serta organisasi dengan mentransfer
pengetahuan, warisan kebudayaan serta sejarah kemanusiaan yang mempengaruhi pertumbuhan
sosial, spiritual, dan intelektual. Artinya, sistem pendidikan tidak bisa
dipisahkan dari sistem-sistem di luarnya, seperti sistem politik, sistem tata
laksana, sistem keuangan, dan sistem kehakiman.
Salah satu
Intelektual Muslim atau tokoh pendidikan Islam yang mencoba melakukan
rekonstruksi bangunan paradigma yang dapat dijadikan dasar bagi sistem
pendidikan nasional adalah KH. Ahmad Dahlan. Berawal dari rekontruksi itu lah
dirasa perlu diteliti menurut peneliti sebagai salah satu usaha atau refleksi
untuk menemukan konsep pendidikan Islam yang benar-benar relevan dengan keadaan masa kini atau abad 21.
KH. Ahmad
Dahlan merupakan tipe man of action sehingga
sudah pada tempatnya apabila cukup mewariskan banyak amal usaha bukan tulisan. Dengan
usaha beliau di bidang pendidikan, beliau dapat dikatakan sebagai suatu "model" dari bangkitnya sebuah
generasi yang merupakan "titik pusat" dari suatu pergerakan yang
bangkit untuk menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi golongan Islam yang
berupa ketertinggalan dalam sistem pendidikan dan kejumudan paham agama
Islam. Berbeda dengan tokoh-tokoh nasional pada zamannya
yang lebih menaruh perhatian pada persoalan politik dan ekonomi, KH. Ahmad
Dahlan mengabdikan diri sepenuhnya dalam bidang pendidikan. Titik bidik pada
dunia pendidikan pada gilirannya mengantarkannya
memasuki jantung persoalan umat yang sebenarnya.
Berdasarkan
pada permasalahan di atas, maka penulis tedorong untuk mengadakan suatu
kajian dengan mengambil judul “KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF
KH. AHMAD DAHLAN”.
C.
Fokus
Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan tentunya tidak akan
membahas semua masalah yang ada pada latar belakang dari kosep pendidikan. Oleh
sebab itu penulis membatasi permasalahan yang paling mungkin untuk diteliti.
Yaitu Agar tidak terjadi mis-understanding dalam
memahami hasil dari penulisan ini,
maka dalam hal ini penulis membatasi obyek penelitiannya yang telah disesuaikan dengan tujuan penelitian,
maka penulis membatasi obyek penelitian ini yang berkisar pada :
- Pencarian
informasi tentang pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentangkonsep pendidikan Islam.
- Memberikan
gambaran tentang relevansi pemikiran KH. Ahamad Dahlan dalam konteks pendidikan Islam di abad 21.
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang dan permasalahan pada
fokus penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka didapatkan
suatu rumusan masalah, yaitu :
1.
Bagaimana
pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang konsep pendidikan Islam ?
2.
Bagaimana
relevansi pemikiran KH. Ahmad Dahlan dalam konteks pendidikan Islam di abad 21
?
E.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1.
Untuk
mengetahui pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang konsep pendidikan Islam.
2. Untuk
mengetahui relevansi pemikiran KH. Ahmad Dahlan dalam konteks pendidikan Islam di abad 21.
F.
Manfaat
Penelitian
Dengan penelitian ini diharapkan mempunyai
beberapa manfaat, antara lain :
1.
Sebagai
sumbangan pemikiran berdasarkan konsep Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits yang diharapkan
mampu menjadi sarana pengembangan wawasan keilmuan dan penghayatan serta pengalaman keagamaan di kalangan akademisi khususnya, dan
masyarakat pada umumnya.
2.
Sebagai bahan
referensi untuk meningkatkan mutu pendidikan Islam sekaligus kualitas sumber daya manusia. Karena
memang pada hakekatnya pendidikan
dirancang untuk mengembangkan potensi yang dimiliki manusia, karena itu penulisan ini diharapkan
dapat dijadikan acuan dalam pengembangan pendidikan Islam.
3.
Untuk
mengembangkan kreativitas potensi diri penulis dalam mencurahkan pemikiran ilmiah lebih lanjut.
G.
Kerangka
Teoritik
Dalam penelitian ini menggunakan
kerangka pemikiran yakni teori Asosiasi dan Gestalt, kerangka pemikiran ini mempunyai
pengaruh yang sangat besar dalam penelitian ini, karena di dalamnya memiliki
tendensi-tendensi pemikiran yang kuat untuk menganalisis penelitian ini untuk
lebih jelasnya, akan kami bahas mengenai kerangka pemikiran tersebut,
sebagai berikut:
Teori Asosiasi
Teori Asosiasi
mulai di populerkan oleh Edwar Lee Thorndike. Esensi dari teori Asosiasi ini adalah berlandaskan
pada hubungan,
yakni Pendidikan dalam hal ini peneliti berusaha menemukan kemungkinan yang tepat
untuk merespons stimulus tersebut. Disini hubungannya dengan persfektif K.H
Ahmad Dahlan.
Dalam teori ini
membentuk ikatan atau hubungan antara S—>R. Dengan memiliki ikatan suatu S—>R, disini penulis dihadapkan kepada S Persfektif K.H. Ahmad Dahlan akan
dapat merespons (R) kosep pendidikan.
Teori ini besar
sekali pengaruhnya pada penelitian ini khususnya bagi peneliti untuk memahami
Konsep pendidikan dari persfektif K.H Ahmad Dahlan mengingat yang diungkap
adalah konsep pendidikan dan persfektif merupakan pemikiran yang siapapun pakar
pendidikan disini atau tokoh yang dijadikan sample sebagai variabel Y yaitu K.H
Ahmad Dahlan.
Teori Gestalt
Teori Gestalt
pada tahun 1929 telah dilakukan oleh Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka dalam
penelitiannya. Esensi dari teori Gestalt ini bahwa belajar terjadi jika
diperoleh insight (pemahaman). Insight timbul secara tiba-tiba, jika peneliti
sudah dapat melihat hubungan antara unsur-unsur dalam situasi problematis.
Disini hubungannya dengan memahami konsep Pendidikan.
Dalam teori ini
berlandaskan pada segi kognitif, pemahaman tentang hal ini dapat membantu
peneliti dalam memperluas cakrawala wawasan tentang Konsep Pendidikan.
Dalam pandangan Asosiasi, sebagaimana dijelaskan
yaitu ketika dalam situasi problematis belajar dilakukan dengan cara coba-coba
atau trial and error (trial+coba-coba, and error = dan gagal). Jika peneliti
menerima stimulus yang terdiri dari sejumlah kemungkinan respons, pembentukan
ikatan/hubungan S—>R dilakukan
dengan coba-coba. Dalam hal ini peneliti berusaha menemukan kemungkinan yang
tepat untuk merespons stimulus tersebut jika berhasil dibentuklah hubungan S—>R itu.
Dalam pandangan
Gestalt, sebagaimana dijelaskan yaitu berusaha memahami dan secara tiba-tiba
dapat hubungan antara unsur-unsur dalam situasi problematis.
H.
Metodologi
Penelitian
1. Dalam penelitian ini, jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif, yang
memfokuskan penelitian pada kajian kepustakaan (library
research) dan mencoba mengkaji seorang tokoh yakni KH. Ahmad Dahlan tentang pemikiran konsep
pendidikan Islam. Untuk mempertajam analisis metode deskritif
kualitatif, peneliti menggunakan teknis content analisys, yaitu suatu analisis yang
menekankan pada analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi. Content analysis memanfaatkan
prosedur yang dapat menarik kesimpulan benar dari sebuah
buku atau dokumen. Proses content analysis adalah dimulai dari isi pesan
komunikasi tersebut, dipilah-pilah kemudian dilakukan kategorisasi
(pengelompokan) antara data yang sejenis, dan selanjutnya dianalisis secara
kritis dan obyektif . Sedangkan metode pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
a) Pendekatan historis, yaitu pendekatan yang
dilakukan untuk mengungkapkan sejarah sang tokoh, yakni KH. Ahmad Dahlan.
Oleh karena itu, studi tokoh harus menggunakan kaidah-kaidah
kesejarahan yang tidak lepas dari ruang dan waktu beserta fakta-fakta
sejarahnya.
b) Pendekatan sosio
cultural religius, maksudnya dalam melakukan studi pemikiran sang tokoh peneliti tidak
bisa melepaskannya dari konteks sosio cultural religi sang tokoh, karena
pada dasarnya perasaan, pikiran dan tindakan sang tokoh merupakan
refleksi dari sosio cultural sang tokoh tersebut.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
3. Sampel dan Sumber Data
4. Instrumen Penelitian
5. Teknik Analisis Data
6. Rencana Pengujian
Keabsahan Data