Gagasan Mengenai Ilmu Sosial
Antropologi
sebagai bagian dari ilmu sosial, kita akan memperoleh pemahaman dasar mengenai
interaksinya dengan pemikirann-pemikian teori dalam disiplin-disiplin ilmu
sosial lainnya, khususnya seperti sosiologi dan psikologi, yang sepanjang
sejarah pembentukan antropologi besar pengaruhnya. Ilmu pengetahuan adalah
suatu cara memperoleh atau mengumpulkan pengetahuan.
Suatu
tantangan yang lebih signifikan bagi suatu ilmu social adalah yang dikaitkan
dengan verstehen (pemahaman). Winch
(1958) menegaskan bahwa penelitian ilmu sosial berbeda jenisnya dari kajian
ilmiah fisik karena objek dari penelitian ilmiah sosial itu berespons terhadap
kehadran ilmuan sosial. Jadi semata-mata mempelajari datantya ilmuan sosial mau
tak mau akan mengubah mereka.
Di
kalangan antropolog ada dua buku besar:
1. orang-orang yang percaya bahwa ilmu
sosial yang objektif itu mungkin saja dibangun dan mereka yakin bahwa semua
kajian sosial tampaknya subjektif. Orang-orang yang mengikuti gagasan bahwa
ilmu sosial itu objektif dikenal sebagai rasionalis atau positivis.
2. sedangkan mereka yang mengikuti gagasan verstehen dan argumen para fenomenolog dikenal sebagai relativis.
Antropologi Sebagai Ilmu Pengetahuan Sosial
Antropologi adalah suatu persepektif
ilmiah. Sebagian antropolog masa kini yakin bahwa perspektif antropologi diperoleh
dari sifat komrehensif pendekatannya. Mereka beranggapan bahwa antropologi
mencakup ciri-ciri ilmu fisika, ilmu-ilmu sosial, dan humanitis. Perbedaan
antropologi dari disiplin-disiplin lain dari ilmu sosial terletak pada fakta
bahwa antropolog membawa pandangan integrative, penyatuan, untuk membahas
kondisi manusia. Perhatian sentral antropologi budaya adalah memahami dan
menjelaskan kehidupan social manusia dan perilaku manusia, dan sasaran tersebut
harus dicapai melalui penelitian ilmiah.
Pelto dan Pelto (1989:24) :
Antropologi
dapat dipandang ilmiah karena kajian ini meliputi kegiatan akumulasi
pengetahuan yang sistematik dan dapat dipercaya mengenai suatu aspek universal
yang dilaksanakan melalui pengamatan empiris dan diinterpretasi dalam konteks
antar hubungan konsep-konsep yang lebih disukai bagi pengamatan empiris.
Antropologi secara khusus dan ilmu
pengetahuan secara umum adalah produk tradisi kebudayaan tertentu, dan
perkembangan keduanya harus dipahami dalam konteks itu. Akan tetapi, memandang
semua ilmu pengetahuan adalah etnosains, sebagaimana sebagian antropolog
berpendapat, adalah ketidaktepatan dalam memahami ilmu pengetahuan. Apakah
suatu suatu pendekatan ilmiah bernilai atau tidak adalah persoalan
epistemologi, bukan persoalan kebudayaan atau sejarah. Menampilkan
paradigm-paradigma bersama justru
membuka interaksi yang menggambarkan suatu totalitas konstelasi orientasi
pemikiran teoretis dalam antropologi, yang hingga kini tetap relevan pada
batas-batas tertentu.